Berbeda dengan jenis seni pertunjukan Bali lainnya, Tari Kecak memiliki keunikan karena tidak mengandalkan istrumen alat musik untuk mengiringi tarian, melainkan paduan suara para penarinya. Irama bunyi “cak, cak, cak...” ditata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu paduan yang sangat harmonis, diselingi dengan beberapa aksen dan ucapan-ucapan lainnya. Para penari yang membunyikan suara “cak, cak, cak...” tersebut biasanya bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur yang melingkari pinggang mereka. Sementara tokoh Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman, maupun Sugriwa memakai pakaian seperti umumnya pada pertunjukan ketoprak.
Dalam tarian ini, ritme bebunyian yang diucapkan oleh para penari cukup menghadirkan aura mistis bagi penonton. Apalagi setelah cerita Ramayana dalam tarian ini selesai dipentaskan, pertunjukan disambung dengan tarian Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran yang para penarinya diyakini kemasukan roh halus, sehingga kebal ketika menari di atas bara api.